Hal ini benar-benar nyata....
Berawal dari aku mengikuti suatu poyek ilmiah yang mana proyek ilmiah tersebut jika diterima akan mendapatkan beasiswa S1 dalam negeri maupun luar negeri. Hal tersebut sangat menggiurkan bukan? Terlebih bagi seorang SMA seperti diriku.
Proyek tersebut memakan waktu hingga 2 bulan penuh dan hal tersebut benar-benar menguras tenagaku. Terlebih,2 bulan tersebut merupakan memasuki masa pra ujian semester. Aku sangat optimis pada proyek tersebut hingga aku menjadi ambisius. Aku tak mau memikirkan sekolahku lagi. Walaupun orangtuaku telah memarahiku. Aku benar-benar ta menghiraukannya. (Seharusnya aku mendengarkan perkataan mereka)
Setelah 2 bulan tersebut, aku ujian semester. Aku benar-benar tidak belajar. Aku tak bisa menjawab semua soal. Namun, aku tak begitu cemas. Aku mulai termasuki oleh pikiran yang gila bahwa "Biarlah nilaiku hancur. Tapi, aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan dari proyek itu!". Dan hasilnya saat pemberitahuan hasil ujianku semester ini, benar-benar buruk. Aku mendapat celaan dari semua orang. Aku dimarahi dan dimarahi.
Benar-benar memuakkan.
1 Minggu setelah pemberitahuan hasil ujianku, muncullah pengumuman proyek ilmiah yang diterima.
Ambisiku benar-benar memuncak. Dengan semangat, ku buka laptop dan memasuki situs proyek ilmiah itu.
"TIDAK DITERIMA". Ya, itulah hasil dari proyek ilmiah itu. Aku benar-benar tidak percaya. Dengan tanganku yang begitu dingin dan kepalaku yang mulai memanas, aku mencoba lagi untuk mengulang dari awal yaitu memasuki situs itu lagi. Namun, tetap saja. Hasilnya tetap "TIDAK DITERIMA"
Aku mulai frustasi. Aku begitu emosi. Sambil menangis dan penuh emosi, ku pukul laptopku hingga mati. Aku lari menuju kamar mandi dan memasukkan kepalaku ke dalam bak air yang begitu dalam. Setelah tak kuat menahan nafas, ku keluarkan kepalaku lagi. Aku marah! Benar-benaar marah! Kupukul-pukul cermin yang ada di kamar mandiku hingga tanganku mulai membiru dan bengkak. Aku keluar kamar mandi dan masuk ke kamarku lagi. "INI TIDAK MUNGKIN! INI GILA!" itulah yang kuteriakkan terus-menerus.
Aku mengurung diriku dalam kamar. Pikiranku kosong. "Hancurlah hidupku. Nilaiku hancur. Proyek ilmiahku tidak diterima. Impianku hancur". Aku tak mau keluar kamar. Kamarku ku kunci rapat-rapat. Jendela kamarku saja tidak kubuka. Aku tak mau makan dan minum. Aku tak mau masuk sekolah. Padahal, orangtuaku telah membujukku untuk keluar.
Aku begitu gila. Aku mulai menyakiti diriku sendiri. Ya, seperti yang dilakukan orang-orang tak punya hidup lainnya. Aku mati. Benar-benar mati. Seperti boneka yang tak punya akal.
Kegilaan tersebut belum selesai, 3 hari kemudian aku mendapatkan kabar yang benar-benar menusuk hati. Orang yang kucintai dan kusayangi, telah kembali ke sisi-Nya. Yaitu nenekku. Beliau yang selalu membacakan cerita ataupun dongeng sewaktu aku kecil, mengajariku bernyanyi dan membaca bacaan bahasa Inggris. Banyak waktu yang kuhabiskan bersamanya dengan penuh kehangatannya.
Hal tersebut benar-benar sungguh pedih. Aku tak sanggup menahan ini semua. Ini begitu menyakitkan. Terlalu banyak hal-hal yang mematikan bertubi-tubi menusukku.
Aku merenung dan terus merenung. Berusaha berpikir secara jernih. Pelan-pelan aku mulai membangun diriku lagi. Menyadarkan diriku lagi. Aku mulai mendapatkan suatu intuisi.
"Ketika kerjamu tak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar ketulusan. Ketika usahamu dinilai tak penting, maka saat itu kau sedang belajar tentang keikhlasan. Ketika hatimu terluka dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang memaafkan. Ketika hatimu merasa lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang kesungguhan. Ketika dirimu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang ketangguhan. Belajarlah untuk memahami dan menghargai orang lain maka saat itu kau belajar untuk mendewasakan diri. Berubahlah untuk sebuah kebaikan. Allah memberi ujian ini semua karena untuk membuat suatu kebaikan untukmu dan karena kau juga dinilai dan dipercaya oleh Allah siap untuk melewati ini semua. Bukan seharusnya kau malah putus asa dan menjadi under pressure atas hal tersebut. Serta, janganlah terlalu ambisi pada suatu hal karena jika kau terlalu ambisi pada suatu hal, maka kau akan kehilangannya. "
Intuisi itu atau yang lebih tepat disebut Hidayah dari Allah telah menyadarkanku dan mengubah pandangan hidupku. Aku benar-benar mendapatkan pelajaran dari kejadian itu semua. Hal tersebut membuatku mendapatkan energi positif. Hingga detik ini. Dan , kejadian 1 tahun yang lalu tersebut untuk sekarang sampai100 tahun yang akan datang.
Dari pengalaman tersebut, aku berharap dapat memberikan inspirasi pada kalian semua.
Sekali lagi, ini adalah kejadian nyata yang kualami.